Misi Carlo Ancelotti: Pulihkan Percikan Vinicius Junior Bersama Timnas Brasil

Misi Carlo Ancelotti: Pulihkan Percikan Vinicius Junior Bersama Timnas Brasil

LIGAUTAMA – Performa Vinicius Junior di awal musim ini membuat banyak pihak khawatir. Tak hanya karena performanya yang naik-turun bersama Real Madrid, tapi juga karena sikap emosionalnya di lapangan.

Jurnalis senior Brasil, Marcelo Barreto, bahkan menyebut sang winger tengah terjebak dalam “spiral Neymar-ization”. lebih sibuk dengan citra dan ego ketimbang permainan.

Namun, pelatih timnas Brasil Carlo Ancelotti,menanggapi hal itu dengan tenang. “Kehidupan pribadinya adalah urusannya sendiri. Saya bukan ayahnya, bukan saudaranya. Saya hanya ingin jadi pelatihnya,” ujar Ancelotti.

Meski kehadiran Ancelotti di kursi pelatih timnas masih menimbulkan pro-kontra, terutama di kalangan pelatih lokal, pelatih asal Italia itu tetap populer di Brasil karena pendekatannya yang menghormati budaya sepak bola setempat.

Vinicius dan Dinamika di Real Madrid

Ancelotti memahami akar masalah Vinicius bukan sekadar teknis. Setelah kepergian Karim Benzema, sang pelatih sempat mengubah peran Vinicius agar lebih aktif menyerang ruang di kotak penalti, dan itu menghasilkan musim terbaiknya. Tapi kedatangan Kylian Mbappe mengubah keseimbangan.

Dengan dua pemain yang sama-sama gemar bergerak dari sisi kiri, ruang eksplorasi Vinicius semakin sempit. Di bawah kepemimpinan Xabi Alonso di Madrid, posisi Mbappe tampak lebih dominan, dan hal itu menimbulkan ketegangan terselubung.

Berbeda dengan situasi klub, di timnas Brasil, Vinicius tak harus berbagi panggung dengan Mbappe. Namun, Ancelotti menegaskan satu hal, tim ini dibangun untuk juara dunia, bukan untuk mengejar penghargaan individu.

Pesannya jelas diarahkan kepada Vinicius yang sempat kecewa finis di bawah Rodri pada pemungutan Ballon d’Or.

Membangun Kembali Vinicius di Selecao

Ancelotti kini mencoba menghidupkan kembali kreativitas Vinicius lewat sistem fleksibel. Ia tidak lagi menempatkannya hanya di sisi kiri, tapi memberi kebebasan bergerak ke area tengah, bahkan masuk ke ruang-ruang kecil di depan gawang.

Dalam beberapa laga, sistem ini membuat Brasil tampil lebih dinamis, seperti saat mengalahkan Korea Selatan 5-0, di mana Vinicius mencetak gol penutup.

Namun, pendekatan itu masih memiliki risiko. Dengan empat pemain menyerang, termasuk Rodrygo dan Gabriel Martinelli, lini tengah kerap kekurangan penutup. Hanya Bruno Guimaraes dan Casemiro yang menjaga keseimbangan, dan kelemahan itu terlihat saat Brasil kalah 3-2 dari Jepang.

Pertanyaan besar pun muncul, bisakah Brasil bertahan dengan pola menyerang seperti itu di Piala Dunia mendatang? Casemiro, yang kini berusia 33 tahun, tak bisa lagi menanggung beban yang sama seperti delapan tahun lalu. Untuk itu, Ancelotti mulai menguji Fabinho sebagai alternatif.

Bisa masuk ke link shortq.link/login-ligautama

More From Author

INFO KEMENANGAN LIGA UTAMA TANGGAL 13 NOVEMBER 2025

INFO KEMENANGAN LIGA UTAMA TANGGAL 13 NOVEMBER 2025

Marcus Rashford Tokcer di Barcelona tapi Melempem di MU, Ini Teori Ole Gunnar Solskjaer

Marcus Rashford Tokcer di Barcelona tapi Melempem di MU, Ini Teori Ole Gunnar Solskjaer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *